Friday, July 04, 2008

Mengirit konsumsi BBM kendaraan


Naiknya harga BBM tidak harus membuat kita kehilangan daya juang. Manusia adalah mahluk yang mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Bagi yang punya kendaraan, naiknya BBM membuat pusing tujuh keliling akibat bujet biaya transportasi meningkat. Berbagai kiat dicoba, mulai dengan lebih banyak jalan kaki/naik sepeda, mengistirahatkan kendaraan, sampai dengan mencoba kiat-kiat mengirit BBM. Diantaranya yang penulis coba adalah menggunakan pil peningkat oktan sekaligus membersihkan saluran bahan bakar ke mesin. Dari pengalaman mencoba pil peningkat oktan yang dimasukkan ke tangki saat mengisi BBM, terasa peningkatan tenaga kendaraan sekaligus dirasakan semakin iritnya konsumsi BBM. Untuk kondisi luar kota menggunakan jalan tol (kecepatan relatif konstan) dapat dinikmati pengiritan sampai dengan 25 % (penulis menggunakan Honda Stream 1700 cc transmisi manual). Anak saya yang menggunakan Suzuki Sidekick 1600 cc dari rumah ke kampusnya berkomentar skedul mengisi bensin mobilnya bisa mundur 2 hari katanya. Tentu angka pengiritan ini akan sangat bervariasi tergantung cara mengemudi, kondisi jalan, jenis kendaraan dst. Silakan dicoba............
Tetapi sebetulnya resep mengirit BBM yang paling terbukti adalah dengan mengistirahatkan mobil. Jalan kaki saja atau naik sepeda, paling-paling cuma perlu nasi pecel.

Kembali ke UUD 45 ?


Konon proses reformasi yang mengamandemen UUD 45 menyelesaikan masalah dengan menghasilkan masalah lainnya lagi. Diantaranya adalah :
1.Presiden bukan lagi Kepala Negara, tetapi Kepala Pemerintahaan,
2. Presiden - DPR - MA dan BPK setara kedudukannya,
3. Pilkada dan otonomi daerah membuat konflik horisontal.
4.Konflik sesama lembaga negara sering terjadi tanpa ada penyelesaian.
5. Pilkada melahirkan pemimpin daerah yang berorientasi dan berbasiskan uang.
6. Pilkada membuat pemborosan anggaran dan inefisiensi.
7. Perekonomian berdasarkan pasar bebas.
8. Sifat masyarakat menjadi individualistik tanpa peduli lagi terhadap sesama warga bangsa yang kurang beruntung.
Betulkah begitu? Sayang saya bukan ahli politik, tapi kalau dirasakan kayaknya memang kita punya masalah. Apakah kita sudah di jalan yang benar dan yang diperlukan hanya kesabaran terhadap waktu dan jalannya proses demokrasi ? Apakah kita perlu kembali ke UUD 45 untuk mengembalikan arah yang ditetpkan pendiri bangsa? Wallahuallam......... time will tell.

Orang kaya Indonesia


Menurut riset terbaru konsultan Capgemini SA dan Merril Lynch & Co, jumlah kaum superkaya di Indonesia yang memiliki aset keuangan US$ 1 juta atau lebih, meningkat 16,8 % menjadi 23,000 orang pada akhir 2007. Yang luar biasa tingkat pertumbuhan Indonesia tertinggi ke lima di dunia setelah India, China, Brazil, dan Korea Selatan. Mungkin ini dampak dari otonomi daerah, makin banyak orang menjadi kaya di daerah-daerah di luar Jakarta. Cuma kalau dibanding keseluruhan jumlah penduduk Indonesia, jumlah orang kaya ini masih sangat sedikit. Berarti ketimpangan antara kaya dan miskin masih sangat lebar.
Menurut hasil riset yang sama, masih ada sekitar 19,000 orang Indonesia yang tinggal di Singapore yang menguasai aset keuangan sebesar US$ 93 milyar atau Rp 865 trilyun di tahun 2006. Tahun 2007 tentunya lebih besar lagi. Bayangkan kalau dana sebesar itu bisa dibawa pulang ke Indonesia untuk menciptakan peluang-peluang kerja baru, masalah Indonesia mungkin sebagian besar akan bisa terpecahkan.
Menjadi kaya memang penting, tetapi sama pentingnya bila kita juga bermanfaat bagi orang lain atau lingkungan sekitar kita. Mungkin kita juga akan lebih bahagia. Kaya dan bahagia, kombinasi yang ideal kan........

Watch your thoughts

Seperti inti dari isi buku The Secret, kita harus berhati-hati dengan pikiran kita. Pikiran yang kita pikirkan secara terus menerus bisa berubah menjadi kenyataan. Itulah pentingnya berpikir positif, sehingga hal-hal yang positif akan menjadi kenyataan. Bila kita berpikir negatif, hal-hal yang tidak kita inginkan bisa terjadi.
Watch your thoughts, they become words.
Watch your words, they become actions.
Watch your actions, they become habits.
Watch your habits, they become character.
Watch your character, it becomes your destiny.