Sunday, September 14, 2008

In Loving Memory - My Mom (passed away 15 June 2008)


Besok tanggal 15 September 2008 adalah genap 3 bulan wafatnya ibu kami. Sewaktu melaksanakan sholat Tarawih tadi malam di masjid Ar Raudhah Cikutra, saya sekonyong-konyong teringat almarhumah Ibu dan sempat meneteskan air mata. Saya ingin melepas rasa rindu kepada Ibu dengann menulis blog kenangan atas yang terkasih ini. Almarhumah Ibu adalah sosok manusia biasa yang tak lepas dari kekurangan-kekurangan maupun kelebihan-kelebihan. Beliau yang mantan guru taman kanak-kanak selepas menikah dengan ayah mengabdikan waktu sepenuhnya sebagai ibu rumah tangga. Mulai dari menjahit baju kami anak-anaknya sampai dengan memutar otak membuatkan kami asupan makanan bergizi ditengah kesulitan ekonomi masyarakat tahun 60 an sehingga kami semua dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Ibu adalah sosok yang penuh perhatian meski kadang-kadang bersikap over protective selalu mengkhawatirkan segala sesuatunya bagi anak-anaknya. Ada kenangan masa kecil sewaktu kami tinggal di Palembang. Kebetulan rumah dinas orang tua cukup luas sehingga dapat dipakai bermain badminton. Sering teman-teman smp saya berkumpul sepulang sekolah untuk bermain badminton di rumah. Dasar anak-anak seringkali tak mengenal waktu, kadang2 sampai menjelang magrib mereka masih asyik bermain. Mereka baru bubar setelah almarhumah ibu (setengah) mengusir mereka. Waktu itu dengan kaca mata seorang anak smp, saya seringkali merasa malu karena ibu membubarkan paksa teman-teman saya tsb. Tapi sekarang dengan kaca mata orang tua dapat memahami dan mungkin juga akan melakukan hal yang sama. Sewaktu SMA (masih di Palembang juga), meski orang tua saya punya fasilitas mobil dinas dan supir, untuk pergi pulang ke sekolah saya diminta naik sepeda saja dengan jarak lumayan jauh(+- 16 km pp) dari bukit besar (rumah kami) ke jalan bangau (sma xaverius). Dulu saya kadang-kadang mengeluh, tetapi sekarang saya bisa mengambil manfaat dari pendidikan semacam itu. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Terima kasih Ibu atas segala kasih sayangmu dan didikanmu sewaktu aku kecil. Selamat jalan Ibu, doa selalu kami panjatkan, semoga Ibu mendapat tempat yang layak disisiNya sesuai amal bakti dan kasih sayangmu selama ini kepada kami. Amin ya Rabbalalamin.
Bandung 15 September 2008

3 comments:

Anonymous said...

U get my deepest condolence, Mr Subiakto...You are a lucky person who ever have parental love from a mother

Subiakto said...

Thank you for your condolence, may God bless you too. Rgds

Anonymous said...

Mas, aku juga sering nangis kalo inget ibu. Sampe fotonya aku taruh jadi wallpaper di komputerku. Tapi kita masih bisa kirim doa selalu. Mudah2an beliau senang dengan doa kita. atik