Tuesday, September 16, 2008

Let's go digital


Seperti biasa setiap awal bulan, saya menerima tagihan pemakaian internet saya melalui Indosat M2 (bukan iklan lho). Biasanya saat menerima tagihan yang bersifat rutin ini hanya ada rasa ingin tahu berapa sih besarnya tagihan. Tetapi dalam tagihan bulan ini ada yang berbeda. Ada tulisan di atasnya "Let's go green, less paper, let's go digital". Di amplop juga tertulis " Save our forest".
Rupanya perusahaan ini merasa ikut bertanggung jawab atas lingkungan yang kita huni bersama ini. Logika yang dipakai, kertas berasal dari kayu. Kayu diambil dengan menebang pohon yang ada di hutan-hutan. Makin banyak volume kertas yang dipakai maka semakin gundul hutan-hutan kita. Jadi jangan gunakan kertas untuk menagih tapi kirim tagihan secara digital melalui internet atau e-mail. Masalahnya memang belum semua orang merasa nyaman dan biasa dalam menerima data digital. Orang yang bertahun-tahun menerima kertas tentu inginnya pakai kertas lagi. Lebih jauh lagi penggunaan data digital ini juga tergantung hukum yang berlaku apakah akan diakui bila terjadi masalah hukum. Kalau ke luar negeri kita kirim PO (Purchase order) melalui fax atau e-mail, maka salinan PO ini sudah diakui. Tapi di Indonesia, kebanyakan perusahaan masih meminta PO yang asli disusulkan segera. Kalau yang asli tidak diterima maka order juga tidak dikirim kecuali dibayar tunai. Tapi lama lama Indonesia pasti akan terbiasa juga. Sekarang kalau terima statement dari bank terutama bank asing akan tertulis dibawahnya : this document is generated by computer, signature is not required. Kalau signature is not required, berarti data digital juga akan diakui. Begitu logikanya.
Jadi? Yah let's eventually go green and go digital. By going green we will save our forest. If we save our forest, so what? Ah pusing....... (kata anak saya).

No comments: